Breaking News

“Katanya Pembangunan, Nyatanya Tempat Mandi Lumpur”

 “Katanya Pembangunan, Nyatanya Tempat Mandi Lumpur”



Budi Riskiyanto – LSM Gempita: “Kalau Jalan Saja Tidak Bisa Diperbaiki, Lantas Apa yang Dikerjakan Selama Dua Periode?”


OGAN ILIR — Tak perlu pakar politik untuk menilai, tak perlu ahli konstruksi untuk menyimpulkan. Cukup lihat jalan penghubung Desa Rengas–Payaraman, maka rakyat Ogan Ilir paham betapa pembangunan hanya ramai di mulut, mati di lapangan. Jalan vital ini bukan sekadar rusak — ini pelecehan terhadap akal sehat warga yang masih harus melintas di ‘kolam lumpur’ setiap hari.


Video warga yang berguling dan berjoget di tengah genangan bukan hiburan, tetapi ejekan langsung kepada kursi kekuasaan yang seolah nyaman menutup mata.

Dua periode memimpin, namun warisan untuk rakyat malah kubangan, bukan kemajuan.


Budi Riskiyanto, aktivis LSM Gempita, bicara blak-blakan.


> “Kalau jalan utama saja dibiarkan seperti sawah, pertanyaannya simpel: apa yang dikerjakan selama ini? Masyarakat bukan meminta keajaiban — hanya jalan layak. Tapi jika itu pun tidak mampu, lebih baik jujur: pembangunan ini untuk rakyat atau untuk kepentingan segelintir orang?”




Ia menambahkan, pemerintah terlalu sibuk memoles citra, hingga lupa pijakan nyatanya masih di atas lumpur.


> “Rakyat butuh bukti, bukan baliho. Butuh jalan, bukan slogan. Jangan menyebut diri pahlawan pembangunan jika rakyat masih mengais kestabilan di kubangan lumpur,” tegas Budi.





---


“Ogan Ilir Bangkit”? — Bangkit Di Atas Spanduk, Tenggelam Di Jalanan


Slogan “Ogan Ilir Bangkit” kini terasa seperti komedi politik, cocok ditempel, dipajang, dipromosikan — tapi tidak cocok dilihat bersanding dengan kondisi jalan yang lebih mirip arena mandi lumpur daripada infrastruktur kabupaten.


Jika bangkit itu hanya terlihat saat kamera menyala, saat seremoni dimulai, saat baliho berdiri megah — maka sesungguhnya yang bangkit bukan daerahnya, tetapi gengsi kekuasaannya.


Karena bagaimana bisa disebut bangkit jika roda ekonomi warga tenggelam?

Bagaimana disebut bangkit jika ibu hamil harus bertaruh keselamatan melalui jalan berlubang?

Bagaimana disebut bangkit kalau anak sekolah pulang penuh cipratan lumpur seperti habis lomba panjat pinang?


Kalau yang bangkit hanyalah slogan dan gaya politik,

maka Ogan Ilir bukan bangkit — Ogan Ilir sedang ditertawakan rakyatnya sendiri.

© Copyright 2022 - SAHABAT POLRI